Skip to main content

PROSA

CERPEN DAN NOVEL

Muhri, S.Pd, MA

Sebagian besar orang tahu ketika mereka disodorkan sebuah karya prosa apakah itu cerpen (cerita pendek) atau novel. Ditinjau dari medianya, hampir dapat dipastikan bahwa novel selalu dalam bentuk buku sedangkan cerpen hampir pasti menempati sudut-sudut agak ke belakang dalam beberapa jenis media. Cerpen bisa masuk pada koran, majalah, tabloit, web, blog dan media-media ringkas lain. Hampir bisa dipastikan bahwa cerpen tidak dimuat dalam lebih satu kali muat. Di sisi lain novel, jika dimuat dalam media yang sama dengan cerpen, pasti akan dimuat secara bersambung dalam beberapa edisi terbitan.
Sekilas pendapat di muka bisa dibenarkan mengingat demikianlah yang biasa terjadi. Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena pola peletakan tersebut didasari prinsip ekonomi yaitu penghematan lembar halaman. Pertanyaannya, sebenarnya apakah hal lain yang sebenarnya membedakan keduanya? Bagaimana dengan cerpen yang, karena sedikit lebih panjang, dimuat secara bersambung? Apakah juga disebut cerpen, novel, atau novelet?
Secara umum cerpen dan novel memiliki kesamaan unsur pembangun. Prinsip plot, karakter, setting, sudit penceritaan, tema, dan gaya bisa diaplikasikan pada keduanya. Perbedaan keduanya, sesuai dengan penamaannya, dominan pada panjang dan pendeknya. Sebuah cerpen terdiri atas sekitar seribu sampai lima belas ribu kata. Sebuah novel terdiri atas sekitar empat puluh sampai lima puluh ribu kata bahkan lebih banyak. Antara lima belas ribu sampai empat puluh ribu kata disebut novelet atau novel kecil (Kenney, 1966: 103).
Pembagian lain dipandang dari waktu pembacaan. Hal  ini dinyatakan oleh Poe (dalam Kenney, 1999: 103-4). Poe menyatakan bahwa cerpen bisa dibaca dalam satu kali duduk. Hal ini sulit dilakukan pada novel. Novel memang tidak untuk dibaca dalam sekali baca karena dari segi isi lebih panjang dari cerpen.
Dari dua paragraf sebelumnya sedikit banyak kita tahu perbedaan cerpen dan novel. Akan tetapi, batasan-batasan tersebut memilki banyak kelemahan. Dari jumlah kata, misalnya, cerpen yang sampai enam belas ribu kata tidak lagi disebut cerpen. Padahal selisih jumlah kata ini tidak siknifikan. Demikian halnya pembatasan pada waktu pembacaan. Batasan tersebut menafikan novelet yang posisinya berada antara cerpen dan novel.
Perbedaan lain antara novel dan cerpen adalah intensitas dan kepadatan. Pada plot, misalnya, cerpen memiliki hanya satu peristiwa penting dalam satu kali penceritaan. Hal ini berbeda dengan novel yang memiliki alur yang majemuk. Dari sudut tokoh, cerpen tidak menghadirkan perubahan karakter. Pada novel mungkin terjadi perubahan karakter pada tokoh.

DAFTAR PUSTAKA
Kenney, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press


Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang