Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

BUNYI [c]

Bunyi ini termasuk bunyi laminopalatal [i] , afrikat [ii] , tak bersuara. Bunyi ini terdapat pada awal dan akhir suku kata. Grafem [iii] yang digunakan untuk menyimbolkan bunyi ini adalah <c> cobhâ [cɔb h ɐ] ‘cobaan’ cabbhi [cabb h i] ‘cabai’ pacca’ [paccaʔ] ‘bakiak’ kocca [kɔcca] ‘kopiah; peci’ Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Davies, William D. 2010. A Grammar of Madurese . Göttingen: De Gruyter Mouton [i] Bunyi yang timbul karena pertemuan daun lidah (laminum) dan langit-langit (mulut) keras (palatum) [ii] Bunyi hambat yang dilepas dengan cara geseran [iii] Satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara

BUNYI [b]

Pada program bahasa Madura ini, posting dilakukan didasarkan pada bunyi-bunyi secara alfabetis. Cara ini digunakan untuk mempermudah pembahasan, misalnya bunyi yang kita bahas kali ini yaitu bunyi [b] dan [b h ] aspirat 1.      [b] Bunyi ini termasuk bunyi bilabial [i] , hambat [ii] , bersuara [iii] . Dalam bahasa Madura bunyi ini ada pada awal suku kata dan tidak ditemukan pada akhir suku kata. Dalam penulisan memang ada simbol bunyi ini, misalnya bâb >. Akan tetapi, dalam pengucapannya kata tersebut menjadi [səbbɐp] ‘sebab’, yaitu dibunyikan dengan [p]. bâbi [bɐbi] ‘babi’ sabâ [sabɐ] ‘sawah’ 2.      [b h ] Bunyi ini termasuk bunyi bilabial, hambat, aspirat tak bersuara. Seperti [b] bunyi ini juga terdapat pada awal suku kata dan tidak ditemukan pada akhir suku kata. bhâjâ [b h ɐjɐ] ‘buaya’ sabbhâ [sapb h ɐ] ‘(ungas peliharaan) keluar kandang untuk mencari makan’ Kedua bunyi ini berbeda karena jika salah satu diganti dengan yang lain dapat menyebab

RESEPSI SASTRA

A.        Definisi Resepsi sastra adalah aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang member reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. B.         Penerapan Penerapan teori resepsi sastra dapat dilakukan dengan tiga pendekatan berikut. 1.         Penelitian resepsi sastra secara eksperimental. 2.         Penelitian resepsi melalui kritik sastra. 3.         Penelitian resepsi intertekstual. Abdullah, Imran T. 2003. “Resepsi Sastra: Teori dan Penerapanya” dalam Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra . Yogyakarta: Hanindita.

BIOGRAFI SINGKAT WS.RENDRA 1935-2009

BIOGRAFI SINGKAT WS. RENDRA 1935 - 2009 Rendra (Willibrordus Surendra Bawana Rendra), lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985. Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Nama Pena: WS Rendra Nama Asal: Willibrordus Surendra Broto Rendra Nama Setelah Memeluk Islam: Wahyu Sulaiman Rendra Memeluk Islam: 12 Agustus 1970 Seniman ini mengucapkan dua kalimat syahadah pada hari perkawinannya dengan Sitoresmi pada 12 Ogos 1970, dengan disaksikan dua lagi tokoh sastra Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi. Gelar: Si Burung Merak Julukan si Burung Merak bermula ketika Rendra dan sahabatnya dari A

LAUNCHING PROGRAM

Taretan Madura, Dengan berbekal keberanian dan niat tulus, saya membuat sebuah program baru. Program baru tersebut diberi nama Maduraku. Sebagai kegiatan pertama , kita akan berdiskusi tentang bahasa Madura. Diskusi tentang bahasa Madura ini akan dimulai dengan pembahasan tentang fonologi bahasa Madura. Karena keterbatasan acuan sebagai pembuka digunakan buku A Grammar of Madurese karya William D. Davies. Buku ini hanya sebagai acuan. Pembahasan tetap harus mandiri dan tidak terikat pada buku tersebut mengingat pada beberapa bagian terdapat beberapa hal yang tidak cocok dengan pendapat saya sebagai orang Madura yang merupakan penutur asli dan pernah belajar ilmu bahasa dalam pendidikan strata satu. Komentar dan kritik dari tretan semua sangat saya harapkan. Hidup Madura!!! Hidup Indonesia!!!

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang

TEORI MITOS VLADIMIR PROPP (Struktural Naratologis)

Selain membahas masalah struktur pembangun berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik, strukturalisme juga membahas struktur naratif cerita. Salah satu ahli yang menggeluti bidang ini adalah Vladimir Propp. Propp memulai dengan masalah pengklasifikasian dan pengorganisasian cerita rakyat. Propp secara induktif mengembangkan empat hukum yang menempatkan sastra rakyat atau fiksi pada pijakan baru. Karena inilah Vladimir Propp dikenal sebagai cikal bakal struktural naratologis (Herman & Vervaeck, 2005: 52). Keempat hukum tersebut sebagai berikut. 1.         Fungsi karakter (tokoh) sebagai sebuah penyeimbang, elemen-elemen tetap dalam sebuah cerita, tidak bergantung kepada bagaimana atau karena siapa mereka terpenuhi. Elemen-elemen tersebut membentuk komponen-komponen fundamental sebuah cerita. 2.         Jumlah fungsi yang dikenal dalam cerita peri terbatas. 3.         Rangkaian fungsi itu selalu identik. 4.         Semua cerita peri terdiri atas satu tipe jika dilihat dari str