Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2012

BUNYI [c]

Bunyi ini termasuk bunyi laminopalatal [i] , afrikat [ii] , tak bersuara. Bunyi ini terdapat pada awal dan akhir suku kata. Grafem [iii] yang digunakan untuk menyimbolkan bunyi ini adalah <c> cobhâ [cɔb h ɐ] ‘cobaan’ cabbhi [cabb h i] ‘cabai’ pacca’ [paccaʔ] ‘bakiak’ kocca [kɔcca] ‘kopiah; peci’ Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Davies, William D. 2010. A Grammar of Madurese . Göttingen: De Gruyter Mouton [i] Bunyi yang timbul karena pertemuan daun lidah (laminum) dan langit-langit (mulut) keras (palatum) [ii] Bunyi hambat yang dilepas dengan cara geseran [iii] Satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara

BUNYI [b]

Pada program bahasa Madura ini, posting dilakukan didasarkan pada bunyi-bunyi secara alfabetis. Cara ini digunakan untuk mempermudah pembahasan, misalnya bunyi yang kita bahas kali ini yaitu bunyi [b] dan [b h ] aspirat 1.      [b] Bunyi ini termasuk bunyi bilabial [i] , hambat [ii] , bersuara [iii] . Dalam bahasa Madura bunyi ini ada pada awal suku kata dan tidak ditemukan pada akhir suku kata. Dalam penulisan memang ada simbol bunyi ini, misalnya bâb >. Akan tetapi, dalam pengucapannya kata tersebut menjadi [səbbɐp] ‘sebab’, yaitu dibunyikan dengan [p]. bâbi [bɐbi] ‘babi’ sabâ [sabɐ] ‘sawah’ 2.      [b h ] Bunyi ini termasuk bunyi bilabial, hambat, aspirat tak bersuara. Seperti [b] bunyi ini juga terdapat pada awal suku kata dan tidak ditemukan pada akhir suku kata. bhâjâ [b h ɐjɐ] ‘buaya’ sabbhâ [sapb h ɐ] ‘(ungas peliharaan) keluar kandang untuk mencari makan’ Kedua bunyi ini berbeda karena jika salah satu diganti dengan yang lain dapat menyebab