Pada
program bahasa Madura ini, posting dilakukan didasarkan pada bunyi-bunyi
secara alfabetis. Cara ini digunakan untuk mempermudah pembahasan, misalnya
bunyi yang kita bahas kali ini yaitu bunyi [b] dan [bh] aspirat
1.
[b]
Bunyi
ini termasuk bunyi bilabial[i],
hambat[ii],
bersuara[iii].
Dalam bahasa Madura bunyi ini ada pada awal suku kata dan tidak ditemukan pada
akhir suku kata. Dalam penulisan memang ada simbol bunyi ini, misalnya bâb
>.
Akan tetapi, dalam pengucapannya kata tersebut menjadi [səbbɐp] ‘sebab’, yaitu
dibunyikan dengan [p].
bâbi
[bɐbi] ‘babi’
sabâ
[sabɐ] ‘sawah’
2.
[bh]
Bunyi
ini termasuk bunyi bilabial, hambat, aspirat tak bersuara. Seperti [b] bunyi
ini juga terdapat pada awal suku kata dan tidak ditemukan pada akhir suku kata.
bhâjâ
[bhɐjɐ] ‘buaya’
sabbhâ
[sapbhɐ] ‘(ungas peliharaan) keluar kandang untuk mencari makan’
Kedua
bunyi ini berbeda karena jika salah satu diganti dengan yang lain dapat
menyebabkan perbedaan arti. Kita perhatikan contoh berikut.
bâjâ [bɐjɐ]
‘waktu, saat’
bhâjâ [bhɐjɐ]
‘buaya’
Kedua
bentuk (kata) tersebut merupakan pasangan minimal, yaitu dua bentuk yang mirip
yang memiliki satu bunyi yang berbeda. Pada contoh di atas bunyi yang berbeda
adalah [b] dan [bh]. Kedua bunyi tersebut disebut fonem karena tidak
saling menggantikan dan menyebabkan perbedaan arti jika salah satunya diganti
dengan yang lain[iv].
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.
2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Davies, William
D. 2010. A Grammar of Madurese. Göttingen: De Gruyter Mouton
[i]Pertemuan antara dua bibir, yaitu artikulator aktif (bibir bawah) dan
artikulator pasif (bibir atas)
[ii]Cara artikulasi dengan penghentian arus udara pada titik tertentu.
[iii]Bunyi bahasa yang dihasilkan dengan pita suara turut bergetar.
[iv] Jika tidak menyebabkan perubahan arti disebut alofon.
Comments
Post a Comment