Skip to main content

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh :

Ferliana Ishadi

Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik

(Tahap Pembelajaran)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang bersifat membangun terutama untuk kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, Januari 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah............................................................................... 1

1.3 Identifikasi Masalah.......................................................................... 2

BAB II. Pembahasan

2.1 Teori Strukturalisme Genetik.............................................................. 3

2.2 Analisis Unsur Instrinsik Puisi “Lumpur”........................................... 4

  1. Tema............................................................................................ 4
  2. Gaya Bahasa................................................................................ 4
  3. Rima............................................................................................ 5
  4. Diksi............................................................................................ 5
  5. Amanat........................................................................................ 5

2.3 Analisis Unsur Ekstrinsik Puisi “Lumpur”.......................................... 6

  1. Konsep Fakta Kemanusiaan......................................................... 6
  2. Konsep Subjek Kolektif............................................................... 7
  3. Pandangan Dunia......................................................................... 8
  4. Konsep Pemahaman Penjelasan................................................... 8

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 10

3.2 Saran.................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 14

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori Strukturalisme genetik merupakan teori yang berada di bawah payung sosiologi sastra.Strukturalisme genetik lahir dari seorang sosiolog Perancis, Lucien Goldmann.Kemunculan teori ini disebabkan karena adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik sebuah karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya.

Strukturalisme genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan Strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra.Strukturalisme Genetik sering juga disebut strukturalisme historis, yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis.Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara pendekatan strukturalisme (intrinsik) dan pendekatan sosiologi (ekstrinsik).

1.2 Batasan Masalah

Dalam pembahasan makalah saya kali ini hanya akan membahasa tentang unsur intrinsik pada sampel puisi yang saya ambil dan unsur ekstrinsik yang dikembangkan dalam strukturalisme genetik pada sampel puisi yang sama tersebut.

Unsur intrinsik :

  1. Tema
  2. Gaya Bahasa
  3. Rima
  4. Diksi
  5. Amanat

Unsur ekstrinsik :

  1. Konsep fakta kemanusiaan
  2. Konsep subjek kolektif
  3. Pandangan dunia
  4. Konsep pemahaman-penjelasan

1.3 Identifikasi Masalah

Pengidentifikasian yang akan kita lakukan adalah mengenai bagian – bagian yang ada pada unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, disesuaikan dengan bahan dan sumber yang ada.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Strukturalisme Genetik

Teori Strukturalisme genetik merupakan teori yang berada di bawah payung sosiologi sastra.Strukturalisme genetik lahir dari seorang sosiolog Perancis, Lucien Goldmann.Kemunculan teori ini disebabkan karena adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik sebuah karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya.

Teori strukturalisme bukan teori yang membahas tentang perbandingan antara dua puisi, melainkan teori yang cakupannya lebih luas daripada teori strukturalisme. Teori strukturalisme genetik merupakan teori tentang konsep – konsep sosial yang mendukung penciptaan karya sastra tersebut meskipun tidak semua aspek sosial akan mempengaruhi pengarang ataupun hasil karyanya. Penyebutan strukturalisme genetik merupakan cerminan bahwa strukturalisme genetik adalah penyempurnaan kembali dari generasi sebelumnya, yakni teori strukturalisme.

Strukturalisme genetik mencoba memperbaiki kelemahan yang ada dalam teori strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra.Strukturalisme genetik juga sering disebut sebagai strukturalisme historis, yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis.Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara pendekatan instrinsik (strukturalisme) dan pendekatan sosiologi (ekstrinsik).Pemahaman terhadap karya sastra adalah usaha memahami perpaduan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk atau totalitas kemaknaan.

Hakikatnya karya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang turut mengkondisikan penciptaan karya sastra, walaupun tidak sepenuhnya di bawah pengaruh faktor luar tersebut.Menurut Goldmann, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan. Goldmann percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk di aktivitas strukturasi yang sama.

Dari sudut pandang sosiologi sastra, strukturalisme genetik memiliki arti penting, karena menempatkan karya sastra sebagai data dasar penelitian,memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tak dapat dipisahkan.

2.2 Analisis Unsur Instrinsik Puisi “Lumpur”

Analisis unsur instrinsik pada puisi “Lumpur” karya Ratih Sang ini akan saya bahas lebih lanjut sesuai sumber dan pembahasan yang memadai, sesuai dengan penerapan teori yang saya ambil, Strukturalisme Genetik.

  1. a. Tema

Tema yang diangkat oleh sang pengarang adalah tentang gambaran manusia – manusia yang sengsara di negaranya sendiri dan tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Hal itu disebabkan oleh pengkorupsian – pengkorupsian yang menjamur di negara ini. Koruptor yang dimaksud memang tidak dikatakan secara langsung, namun diibaratkan sebagai lumpur yang mempunyai kesamaan dengan koruptor tersebut, yaitu sama – sama senang menghisap apapun yang ada di dekatnya dan sama – sama kotornya.

  1. b. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dipergunakan oleh sang pengarang sangat mudah untuk telaah oleh pembacanya. Namun, di dalam gaya bahasa yang mudah dimengerti tersebut, sang pengarang tetap menggunakan majas dalam penyampaiannya, majas yang dituliskan oleh sang pengarang adalah majas alegori, yaitu tentang penggambaran suatu kejadian atau fenomena yang dilukiskan dengan cara kata – kata yang berkiasan.

  1. c. Rima

Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi, yang berfungsi menambah keindahan puisi tersebut.

Pada puisi “Lumpur” ini, sangat jelas terdapat perulangan bunyi diakhir larik sajak.Contohnya :

“Nurani nan perih tak berperi

Akankah kau tak tahu jua

Tamakmu menyengsarakan negeri

Rakusmu menenggelamkan impian mereka

………..”

Jelas terbaca bahwa diakhir larik sajak menimbulkan bunyi yang sama, yaitu, vokal i dan vokal a.

  1. d. Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dengan gagasan atau tema yang diambil oleh pengarang.

Diksi dalam puisi ini sudah tepat dan menggambarkan gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang, begitu juga dengan pilihan kata pada judul “Lumpur”, kata “Lumpur” tersebut sudah menggambarkan tentang tema korupsi yang ingin disampaikan oleh sang pengarang. Lumpur yang dimaksud adalah perilaku kotor yang dilakukan oleh para koruptor ataupun oleh para kriminal.

  1. e. Amanat

Amanat yang terkandung dalam puisi “Lumpur” ini adalah :

  1. Sebagai manusia yang mengemban tanggun jawab, seharusnya bisa bertanggung jawab sesuai dengan apa yang sudah dipercayakan terhadap dirinya
  2. Jadilah manusia yang berperasaan terhadap sesamanya, karena selain para pemimpin, negara ini masih memiliki rakyat yang memerlukan perlindungan, kesejahteraan dan kemakmuran.
  3. Berhentilah menyakiti diri sendiri dengan cara menjauhkan diri dari pekerjaan yang tidak halal.
  4. Berhentilah bersifat tamak.
  5. Berhentilah bersifat egois, mementingkan isi perut sendiri tanpa mementingkan kesengsaraan rakyatnya.

2.3 Analisis Unsur Ekstrinsik Puisi “Lumpur”

Analisis unsur ekstrinsik dalam strukturalisme genetik merupakan bahasan yang mencakup pada bidang sosiologi.Berikut ini adalah bahasan yang saya angkat sesuai dengan sumber dan pembahasan yang memadai.

  1. a. Konsep Fakta Kemanusiaan

Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik yang verbal maupun fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan Aktivitas atau perilaku manusia harus menyesuaikan kehidupan dengan lingkungan sekitar.Individu-individu berkumpul membentuk suatu kelompok masyarakat.Dengan kelompok masyarakat manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Dengan meminjam teori psikologi Pioget, Goldmann menganggap bahwa manusia dan lingkungan sekitarnya selalu berada dalam proses strukturasi timbal balik yang saling bertentangan tetapi yang sekaligus saling mengisi. Oleh karena itu, fakta kemanusiaan merupakan struktur yang bermakna.Damono (1979) berpendapat, untuk menelaah fakta-fakta kemanusiaan baik dalam strukturnya yang esensial maupun dalam kenyataannya yang kongkrit membutuhkan sutau metode yang serentak bersifat sosiologis dan historis.Dengan fakta kemanusiaan dapat diketahui bahwa sastra merupakan cermin dari pelbagai segi struktur sosial maupun hubungan kekeluargaan.

Dengan berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan sekitar, maka manusia baru akan bisa merasakan dan memikirkan tentang suatu hal baik secara individu maupun sosial, yang kemudian dituangkan ke dalam karya – karya sastra sesuai dengan apa yang dirasakan, dilihat dan dialami.

Dalam puisi “Lumpur” ini, sang pengarang menuangkan segala fakta – fakta kemanusiaan yang terjadi di sekitarnya, yakni negara sebagai objeknya. Dia menggambarkan fakta kemanusiaan yang sedang terjadi di negaranya, yakni kesengsaraan manusia dan tertindasnya manusia di negaranya tersebut. Sudut pandang yang dituangkan dalam puisi ini, adalah secara keadaan sosial atau secara menyeluruh (luas) bukan secara individual sang pengarang. Konsep fakta kemanusiaan dalam puisi ini sangat tergambar jelas dari tiap – tiap kalimat per-baitnya, misalnya pada bait ke-empat yang berbunyi “rakusmu menenggelamkan impian mereka..”, kalimat tersebut menjelaskan tentang ketertindasan dan ketidak-adilan yang dirasakan oleh rakyat dari pemimpin – pemimpinya yang tidak arif dan tidak bijaksana, hal ini merupakan contoh dari fakta – fakta kemanusiaan yang terjadi nyata di negara sang pengarang, yang merupakan lingkungannya.

  1. b. Konsep Subjek Kolektif

Subjek kolektif adalah kumpulan individu-individu yang membentuk satu kesatuan beserta aktivitasnya.

Subjek kolektif merupakan bagian dari fakta kemanusiaan selain subjek individual.Fakta kemanusiaan muncul karena aktivitas manusia sebagai subjek.Pengarang adalah subjek yang hidup di tengah-tengah masyarakat.Oleh karenanya di dalam masyarakat terdapat fakta kemanusiaan.Karya sastra diciptakan oleh pengarang.Dengan demikian karya sastra lebih merupakan duplikasi fakta kemanusiaan yang telah diramu oleh pengarang.Semua gagasan pengarang dapat dikatakan sebagai perwakilan dari kelompok sosial. Oleh sebab itu pengkajian terhadap karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan pengarang untuk mendapat makna yang menyeluruh.

Penciptaan puisi “Lumpur” ini merupakan satu diantara banyak puisi yang bergagaskan tentang fakta – fakta kemanusiaan di negara ini. Ratih Sanggarwaty yang merupakan seorang entertaiment, menciptakan puisi ini sesuai dengan apa yang dia rasa, dia perhatikan dan dia pikirkan. Dia menyampaikan puisi ini sesuai dengan rasa kemanusiaannya sendiri, karena dia adalah bagian dari subjek puisinya yang mengamati secara langsung fakta – fakta tersebut.Ratih Sanggarwaty juga berperan sebagai penyalur keadaan nyata yang ada, yang kemudian dia tuliskan dalam puisi berjudul “Lumpur” ini.

  1. c. Pandangan Dunia

Konsep pandangan dunia merupakan konsep yang menghubungkan karya sastra dengan masyarakat di sekelilingnya.Karya sastra merupakan sarana pengarang untuk menghubungkan dirinya dengan dunia luar melalui serangkaian sajak yang pengarang tuliskan dalam tiap baitnya. Hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh Ratih Sanggarwaty, dia ingin menyampaikan amanat – amanat yang tersembunyi dalam puisinya tersebut. Namun, suatu karya sastra tidak seluruhnya dapat diterima oleh pembaca atau kelompok sosial lain, karena terkadang karya sastra yang terlalu menyinggung pada satu orang ataupun organisasi pasti akan menimbulkan pertentangan dan itu akan sangat menyulitkan sang pengarang. Ratih Sanggarwaty menuliskan puisi merupakan salah satu puisi yang mengkritik keadaan sosial dan keadaan akhlak pemimpin di negara kita.

  1. d. Konsep Pemahaman – Penjelasan

Metode dialektik mengembangkan dua konsep, yaitu “Pemahaman-penjelasan” dan “Keseluruhan-bagian.”Pemahaman adalah pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkan ke dalam struktur yang lebih besar (Goldmann).Pada dasarnya pengertian konsep “Pemahaman-penjelasan” sangat berkait dengan konsep “Keseluruhan-bagian.” Dalam strukturalisme genetik memandang karya sastra tidak hanya sebagai yang memilki struktur yang lepas-lepas, melainkan adanya campur tangan faktor-faktor lain (faktor sosial) dalam proses penciptaannya. Karya sastra dipahami sebagai totalitas perpaduan struktur dalam dan struktur luar.

Penjelasan pada isi puisi “Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty jelas menggambarkan faktor sosial masyarakat dan faktor individu. Faktor sosial yang terkandung di dalamnya adalah kepedulian sang pengarang terhadap keadaan sosial di sekitarnya, yang disebabkan oleh masalah – masalah kemanusiaan di negaranya, sedangkan faktor individu yang nampak di puisi adalah cerminan perasaan dan pikiran sang pengarang terhadap masalah – masalah kemanusiaan yang tidak kunjung terhenti di negaranya, sehingga terbentuklah amanat yang disampaikan pengarangnya untuk para pembaca sebagai bentuk pandangan dunia terhadap karyanya tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Strukturalisme genetik merupakan teori yang berada di bawah payung sosiologi sastra.Strukturalisme genetik lahir dari seorang sosiolog Perancis, Lucien Goldmann.Kemunculan teori ini disebabkan karena adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik sebuah karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya.

Teori strukturalisme bukan teori yang membahas tentang perbandingan antara dua puisi, melainkan teori yang cakupannya lebih luas daripada teori strukturalisme. Teori strukturalisme genetik merupakan teori tentang konsep – konsep sosial yang mendukung penciptaan karya sastra tersebut meskipun tidak semua aspek sosial akan mempengaruhi pengarang ataupun hasil karyanya. Penyebutan strukturalisme genetik merupakan cerminan bahwa strukturalisme genetik adalah penyempurnaan kembali dari generasi sebelumnya, yakni teori strukturalisme.

  1. Unsur Instrinsik Puisi “Lumpur”
  • Tema : Tema yang diangkat oleh sang pengarang adalah tentang gambaran manusia – manusia yang sengsara di negaranya sendiri dan tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Hal itu disebabkan oleh pengkorupsian – pengkorupsian yang menjamur di negara ini.
  • Gaya Bahasa : Gaya bahasa yang dipergunakan oleh sang pengarang sangat mudah untuk telaah oleh pembacanya. Namun, di dalam gaya bahasa yang mudah dimengerti tersebut, sang pengarang tetap menggunakan majas dalam penyampaiannya, majas yang dituliskan oleh sang pengarang adalah majas alegori, yaitu tentang penggambaran suatu kejadian atau fenomena yang dilukiskan dengan cara kata – kata yang berkiasan.
  • Rima : Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi, yang berfungsi menambah keindahan puisi tersebut.Pada puisi “Lumpur” ini, sangat jelas terdapat perulangan bunyi diakhir larik sajak. Terbaca bahwa diakhir larik sajak menimbulkan bunyi yang sama, yaitu, vokal i dan vokal a.
  • Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dengan gagasan atau tema yang diambil oleh pengarang.

Diksi dalam puisi ini sudah tepat dan menggambarkan gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang, begitu juga dengan pilihan kata pada judul “Lumpur”, kata “Lumpur” tersebut sudah menggambarkan tentang tema korupsi yang ingin disampaikan oleh sang pengarang. Lumpur yang dimaksud adalah perilaku kotor yang dilakukan oleh para koruptor ataupun oleh para kriminal.

  • Ø Amanat

Amanat yang terkandung dalam puisi “Lumpur” ini adalah :

  1. Sebagai manusia yang mengemban tanggun jawab, seharusnya bisa bertanggung jawab sesuai dengan apa yang sudah dipercayakan terhadap dirinya
  2. Jadilah manusia yang berperasaan terhadap sesamanya, karena selain para pemimpin, negara ini masih memiliki rakyat yang memerlukan perlindungan, kesejahteraan dan kemakmuran.
  3. Berhentilah menyakiti diri sendiri dengan cara menjauhkan diri dari pekerjaan yang tidak halal.
  4. Berhentilah bersifat tamak.
  5. Berhentilah bersifat egois, mementingkan isi perut sendiri tanpa mementingkan kesengsaraan rakyatnya.

  1. Analisis Unsur Ekstrinsik Puisi “Lumpur”
  • Konsep Fakta Kemanusiaan : Dalam puisi “Lumpur” ini, sang pengarang menuangkan segala fakta – fakta kemanusiaan yang terjadi di sekitarnya, yakni negara sebagai objeknya. Dia menggambarkan fakta kemanusiaan yang sedang terjadi di negaranya, yakni kesengsaraan manusia dan tertindasnya manusia di negaranya tersebut. Sudut pandang yang dituangkan dalam puisi ini, adalah secara keadaan sosial atau secara menyeluruh (luas) bukan secara individual sang pengarang. Konsep fakta kemanusiaan dalam puisi ini sangat tergambar jelas dari tiap – tiap kalimat per-baitnya, misalnya pada bait ke-empat yang berbunyi “rakusmu menenggelamkan impian mereka..”, kalimat tersebut menjelaskan tentang ketertindasan dan ketidak-adilan yang dirasakan oleh rakyat dari pemimpin – pemimpinya yang tidak arif dan tidak bijaksana, hal ini merupakan contoh dari fakta – fakta kemanusiaan yang terjadi nyata di negara sang pengarang, yang merupakan lingkungannya.
  • Konsep Subjek Kolektif : Penciptaan puisi “Lumpur” ini merupakan satu diantara banyak puisi yang bergagaskan tentang fakta – fakta kemanusiaan di negara ini. Ratih Sanggarwaty yang merupakan seorang entertaiment, menciptakan puisi ini sesuai dengan apa yang dia rasa, dia perhatikan dan dia pikirkan. Dia menyampaikan puisi ini sesuai dengan rasa kemanusiaannya sendiri, karena dia adalah bagian dari subjek puisinya yang mengamati secara langsung fakta – fakta tersebut. Ratih Sanggarwaty juga berperan sebagai penyalur keadaan nyata yang ada, yang kemudian dia tuliskan dalam puisi berjudul “Lumpur” ini.
  • Pandangan Dunia : konsep pandangan dunia merupakan konsep yang menghubungkan karya sastra dengan masyarakat di sekelilingnya. Karya sastra merupakan sarana pengarang untuk menghubungkan dirinya dengan dunia luar melalui serangkaian sajak yang pengarang tuliskan dalam tiap baitnya. Hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh Ratih Sanggarwaty, dia ingin menyampaikan amanat – amanat yang tersembunyi dalam puisinya tersebut. Namun, suatu karya sastra tidak seluruhnya dapat diterima oleh pembaca atau kelompok sosial lain, karena terkadang karya sastra yang terlalu menyinggung pada satu orang ataupun organisasi pasti akan menimbulkan pertentangan dan itu akan sangat menyulitkan sang pengarang. Ratih Sanggarwaty menuliskan puisi merupakan salah satu puisi yang mengkritik keadaan sosial dan keadaan akhlak pemimpin di negara kita.
  • Konsep Pemahaman Penjelasan : Penjelasan pada isi puisi “Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty jelas menggambarkan faktor sosial masyarakat dan faktor individu. Faktor sosial yang terkandung di dalamnya adalah kepedulian sang pengarang terhadap keadaan sosial di sekitarnya, yang disebabkan oleh masalah – masalah kemanusiaan di negaranya, sedangkan faktor individu yang nampak di puisi adalah cerminan perasaan dan pikiran sang pengarang terhadap masalah – masalah kemanusiaan yang tidak kunjung terhenti di negaranya, sehingga terbentuklah amanat yang disampaikan pengarangnya untuk para pembaca sebagai bentuk pandangan dunia terhadap karyanya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sanggarwaty, Ratih. 2006. “Surat Untuk Ayah”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

pusatbahasaalazhar.wordpress.com.2012. “Teori Strukturalisme Genetik”.26 Januari 2012.

LAMPIRAN

  1. A. Puisi “Lumpur”

Lumpur

Nurani nan perih tak berperi

Akankah kau tak tahu jua

Tamakmu menyengsarakan negeri

Rakusmu menenggelamkan impian mereka

Terbayangkah isi perutmu mengalir lumpur panas itu

Menenggelamkan parumu

Merusak jantungmu

Surabaya, 11 Agustus 2006


  1. B. Biografi Pengarang

Ratih Sanggarwaty adalah top model dan peragawati terkenal Indonesia era ’90-an yang lahir di Ngawi, 8 Desember 1962. Ibu dari tiga orang putri ini sejak tahun 2003 menjabat sebagai Presiden Direktur Lembaga Pendidikan Ratih Sang. Ia adalah juga salah satu penggagas dan redaktur ahli pada Majalah NOOR sampai sekarang. Dalam dunia penulisan, istri dari Isman Budisepta Zen ini telah menerbitkan delapan buku. Saat ini, selain melewati hari – harinya sebagai presenter dan mederator di layar kaca maupun berbagai seminar, ia terus menulis puisi yang sarat dengan tema religius dan perjuangan perempuan. Surat Untuk Ayah adalah kumpulan puisi kedua Ratih Sang yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.



(Teori yang saya paparkan mungkin kurang sempurna ataupun masih ada kesalahan, mohon dimaklumi, Terima Kasih)

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang