Joko Tole adalah
putra Potre Koneng dengan Adipoday, tetapi tidak melalui proses perkawinan,
melainkan hanya lewat mimpi. Oleh karena itu bayi Joko Tole kemudian
disingkirkan dari keluarga istana Potre Koneng. Joko Tole dibuang ke hutan dan
ditemukan Empo Kelleng. Pandai besi inilah yang membesarkan Joko Tole.
Saat Joko Tole
berumur enam tahun, Kerajaan Majapahit yang juga menguasai Madura pada waktu
itu berniat membuat pintu gerbang dari besi besar. Raja memanggil semua pandai
besi di seluruh Kerajaan Majapahit,
termasuk Empu Kelleng.
Setelah beberapa lama, pintu gerbang itu tidak
juga jadi. Pintu itu tidak dapat ditegakkan karena terlalu besar dan akhirnya
semua pandai besi menyerah tidak dapat menyelesaikannya.
Sementara itu, di Sumenep, Joko Tole dan Nyai Empo
merasa gelisah karena Empo Kelleng tidak juga pulang. Namun, beberapa lama
kemudian terbetik berita bahwa Empo Kelleng mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugasnya. Karena itu, Joko Tole diminta menyusul.
Berkat kepandaian dan kecerdikan Joko Tole
akhirnya pintu gerbang dapat dipasang. Empo Kelleng kembali ke Sumenep dengan
membawa hadiah dari raja. Joko tole diminta tetap tinggal di istana Majapahit.
Berkat kemampuannya, Joko Tole makin lama makin
dikenal. Jasanya kepada kerajaan Majapahit cukup banyak sehingga menyamai
kedudukan Gajahmada, yang saat itu telah menjadi patih, bahkan Raja Majapahit
pada suatu saat menyatakan bahwa Joko Tolelah yang akan menggantikannya.
Reputasi Joko Tole ternyata membuat iri Gajahmada.
Oleh karena itu, Gajahmada selalu berusaha menyingkirkan Joko Tole dengan jalan
memfitnah dan menjelek-jelekkan nama Joko Tole di hadapan raja.
Setelah mengetahui gelagat Gajahmada tersebut,
akhirnya Joko Tole kembali ke Sumenep dengan membawa salah seorang putri Majapahit
yang bernama Dewi Ratnadi. Di Sumenep, Joko Tole akhirnya menjadi raja dengan
gelar Pangeran Saccadiningrat II. Pada saat pemerintahannya, Joko Tole sempat
berperang dengan Dempoawang, putra Raja Bernama dari negara Kelleng. Pertempuran
berlangsung di udara dan Joko Tole menang.
Karena usia lanjut, Joko Tole akhirnya menyerahkan
kepemerintahannya kepada putranya, Arya Wiganda. Akhirnya, Joko Tole meninggal
di desa Batang-batang.
Dari:
Sudikan, Setya Yuwana, et.al. 1993. Nilai Budaya
dalam Sastra Nusantara di Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
siiiippppp critanya broww.....
ReplyDeleteada yg jualan buku babat madura /?
ReplyDelete