Skip to main content

SASTRA

PLOT

Muhri, M.A.

Dalam bahasa Indonesia, plot diterjemahkan sebagai alur. Dalam tulisan ini, istilah plot sebih disukai untuk menjaga konsistensi. Pertama, ilmu tentang ini kita peroleh dari barat. Kedua, plot sudah diadopsi bahasa Indonesia sebagai kata serapan. Kedua alasan ini tidak digunakan untuk lebih membanggakan bahasa asing akan tetapi murni bermotif keilmuan.
1. Definisi Plot
Plot, seperti istilah yang lain, memiliki berbagai definisi. Akan tetapi, sebagai pengantar
teori, dalam tulisan ini plot didefinisikan secara mendasar dan ringkas dengan pertimbangan kesederhanaan pemahaman. Pemahaman plot akan dibangun melalui pemahaman terhadap komponen-komponen plot.
Plot memiliki beberapa komponen yang menjadi unsur pembangunnya. Unsur yang pertama adalah peristiwa. Peristiwa dalam sebuah plot tidak tunggal, yaitu lebih dari satu peristiwa. Unsur kedua adalah unsur waktu. Waktu dalam sebuah plot menampilkan urutan-urutan peristiwa. Unsur terakhir adalah unsur penghubung antar peristiwa, yaitu unsur kausalitas.
Mungkin kita akan menanyakan unsur ketiga. Mengapa unsur kausalitas itu penting? Untuk memahami ini, mari kita simak peristiwa-peristiwa berikut.
a. Bapak berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
b. Anton berangkat pukul tujuh.
c. Pukul delapan Faisal berangkat bekerja.
d. Nita pergi kuliah pukul sembilan.
e. Pukul sepuluh Bu Muslimah pergi arisan.
Peristiwa a – e memiliki unsur peristiwa dan unsur urutan waktu. Akan tetapi, keduanya tidak menghadirkan sebuah kisah yang bisa dipahami. Tidak ada indikasi yang menghubungkan peristiwa peristiwa terebut. Hal ini akan berbeda jika kita masukkan peristiwa yang lain.
f. Rumah tersebut kosong pagi itu karena ditinggal pergi penghuninya.
Dari peristiwa f diketahui bahwa subjek dalam peristiwa-peristiwa tersebut adalah penghuni rumah.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa plot adalah rangkaian peristiwa yang terurut berdasarkan urutan waktu dan terhubung secara kausal.
Sebenarnya definisi ini terlalu sederhana. Menurut pendapat yang lain tidak hanya unsur temporal dan kausal yang menjadi pengikat antar peristiwa. Ada unsur-unsur lain yang juga berperan dalam memadukan unsur peristiwa dalam plot. Namun, hal itu terlalu memperpanjang pembahasan dan untuk saat ini masih belum perlu.
2. Jenis-Jenis Plot
Secara garis besar plot memiliki dua jenis yaitu plot linier dan sorot balik. Pada yang pertama cerita diurutkan dari peristiwa awal sampai akhir. Pada sorot balik terjadi pembali pembalikan urutan peristiwa. Untuk lebih jelasnya perhatikan urutan peristiwa berikut.
1. A dan B bertengkar.
2. Karena merasa kecewa dan dirugikan B menyimpan dendam pada A.
3. Secara rahasia B membunuh A.
4. A ditemukan tergeletak tak bernyawa.
5. Polisi berhasil menemukan pembunuhnya.
Alur peristiwa-peristiwa tersebut terurut berdasarkan urutan waktu. Jadi plot tersebut linier. Plot sorot balik terjadi bila ada pembalikan peristiwa pada contoh di atas.
4. A ditemukan tergeletak tak bernyawa.
5. Polisi berhasil menemukan pembunuhnya.
1. A dan B bertengkar.
2. Karena merasa kecewa dan dirugikan B menyimpan dendam pada A.
3. Secara rahasia B membunuh A.
Urutan sorot balik tersebut hanya terjadi pada karya sastra untuk menghasilkan efek tertentu. Pada contoh kedua, misalnya, pembalikan berfungsi untuk menciptakan suspense. Urutan kejadian seperti contoh ke dua tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Jadi plot sorot balik bersifat artifisial dalam karya estetis
3. Struktur Plot
Dalam bagian ini penyajian hanya didasarkan kelengkapan. Alasan pertama, tulisan ini diperuntukkan orang awam yang ingin mengenal struktur plot. Kedua, biarlah pembaca menentukan bagian-bagian yang relevan.
Struktur berikut ini mengasumsikan bahwa plot terurut linier. Urutan kejadian bermula dari awal peristiwa sampai akhir cerita yang dipilih oleh penulis.
Secara garis besar plot dibagi menjadi tiga, yaitu awal, tengah, dan akhir
Awal
Paparan / Exposition

Rangsangan / Inciting Moment

Gawatan / Rising Action
Tengah
Tikaian / Conflict

Rumitan / Complication

Puncak / Climax
Akhir
Leraian / Falling Action

Selesaian / Denuement
4. Syarat-Syarat Plot yang Baik
Setelah membicarakan struktur plot, kita tahu bahwa struktur plot bersifat dinamis dan artifisial. Urutan dalam plot tidak seperti urutan kejadian dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini pola struktur plot yang ada pada penjelasan di muka hanya menghadirkan urutan-urutan plot yang pernah ada. Kelengkapan struktur tersebut tidak menjamin keberhasilan sebuah cerita. Pertanyaannya apakah yang membuat sebuah plot menjadi baik?
Plot yang baik harus memenuhi tiga kriteria berikut.
a. Plausibilitas/Plausibility
Sebuah plot dikatakan plausibel jika plot tersebut secara meyakinkan masuk akal. Akan tetapi masuk akal tersebut tidak harus karena realistis. Karena realistis hanya salah satu syarat dari plausibilitas sebuah plot.
b. Kejutan/Surprise
Kejutan adalah salah satu hal yang harus dimiliki sebuah plot. Tampa kejutan sebuah plot akan terasa hambar dan membosankan. Kejutan terjadi ketika sebuah event dalam alur melenceng dari perkiraan pembaca.
c. Ketegangan/Suspense
Suspense adalah ketegangan yang didapat dari harapan-harapan yang tidak pasti pada alur cerita selanjutnya. Suspensi ini menghadirkan rasa ingin tahu yang terus menerus pada pembaca terhadap alur cerita selanjutnya. Salah satunya terjadi pada pembukaan rahasia yang diungkap pelan-pelan sebelum akhirnya terungkap secara keseluruhan di akhir cerita.
Daftar Pustaka
Herman, Luc & Bart Vervaeck. 2001. Handbook of Narrative Analysis. Lincoln and London: University of Nebraska Press
Kenney, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press
Sugihastuti dan Suharto. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang