Skip to main content

SILENT WAY


A.      Latar Belakang
SW diciptakan oleh Caleb Gattegno. Hipotesis dari Gatteno adalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran difasilitasi jika pembelajar menemukan atau membuat kreasi daripada mengingat dan mengulangi apa yang dipelajari.
2.        Pemelajaran difasilitasi dengan mediasi objek fisik.
3.        Pembelajaran difasilitasi dengan penyelesaian masalah pada materi yang dipelajari

B.       Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah pendekatan struktural. Hal ini ditinjau dari materi dan sekuensi yang dipilih. Yang terpenting dalam metode ini adalah kalimat dengan pola terstruktur. Pemilihan kosa kata merupakan inti pembelajaran bahasa.
Gattegno berpendapat bahwa pembelajaran bahasa kedua berbeda dengan belajar bahasa pertama. Bahasa pertama bersifat natural sedangkan bahasa kedua bersifat artifisial. Berdasarkan pernyataan ini, metode ini menggunakan pendekatan “artifsial”.

C.      Disain
Silent Way didisain sebagai berikut.
1.        Tujuan umum SW adalah memberi kemudahan pada siswa untuk menguasai level awal dalam elemen dasar bahasa lisan dan kemampuan menyimak pada bahasa target, yaitu dengan:
a.         Menjawab dengan benar dan mudah pertanyaan tentang diri sendiri, pendidikan, keluarga, perjalanan menarik, dan peristiwa menark lain
b.         Bebicara dengan aksen yang baik.
c.         Mendeskripsikan (secara tulis dan lisan) sebuah gambar.
d.        Menjawab pertanyaan umum tentang budaya, sastra, dsb. dari penutu bahasa target.
e.         Melakukan dengan benar pengejaan, grammar (produksi), pemahaman bacaan dan kemampuan menulis.
2.        SW scara mendasar mengadopsi silabus struktural yang mengajarkan seputar item gramatik dan kosa kata.
3.        Aktivitas dan tugas belajar dalam SW berfungsi memberi dorongan dan membentuk respon lisan siswa tanpa instruksi lisan langsung dari guru.
4.        Pembelajar diharapkan mengembangkan kemandiran, otonomi, dan tanggung jawab. Pembelajar secara individu maupun kelompok saling mengoreksi.
5.        Peran guru adalah:
a.         Mengajar yaitu mengartikan penyajian item sekali saja, secara tipikal menggunakan petunjuk (clue) nonverbal.
b.         Melanjutkan dengan tes untuk mengembangkan dan membentuk produksi siswa dengan cara sediam mungkin.
c.         Memonitor dengan diam interaksi siswa satu sama lain dan bahkan boleh meninggalkan ruangan saat siswa berjuang dengan alat linguistik baru mereka.
6.        Materi yang digunakan adalah:
a.         Material yang digunakan adalah gestur, chart, dan pendalangan dalam mengembangkan dan membentuk respon siswa dan harus mudah dan kreatif, misalnya pantomim dan pedalangan
b.         Material berupa tongkat berwarna, pengucapan yang ditandai warna, chart dinding kosa kata, petunjuk dan latihan membaca dan menulis.

D.      Prosedur
SW mengikuti format standar. Pertama, fokus pada pengucapan (pronounciation). Kemudian, berdasarkan tingkatan siswa, berlanjut pada bunyi, frase, dan kalimat yang didisain untuk Fidel chart. Pertama-tama, guru membunyikan kemudian menunjuk simbol dalam Fidel chart. Kemudian guru hanya menunjuk siswa mengucapkan berganti-ganti kombinasi susunan. Guru memonitor. Tunjukan digunakan untuk mengindikasikan tekanan (stress), pemfrasean, dan intonasi.

Daftar Pustaka
Richard, Jack C. dan Rodger, Theodore S. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang