Skip to main content

PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Ketika ahli bahasa berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa, mereka sering mengacu pada prinsip dan teori umum tentang bagaimana bahasa dipelajari, bagaimana pengetahuan bahasa direpresentasikan dan diorganisasikan dalam ingatan, atau bagaimana bahasa di dalam strukturnya sendiri. Mengklarifikasi perbedaan pendapat-pendapat ahli bahasa, seorang linguis terapan Edward Anthony pada 1963 mengajukan skema  yang ia konseptualisasi dan organisasi menjadi tiga level, yaitu pendekatan, metode dan teknik. Pendekatan adalah sebuah perangkat asumsi korelatif yang berhubungan dengan hakikat belajar dan pembelajaran bahasa. Metode adalah perencanaan menyeluruh untuk menyajikan materi bahasa secara runtut berdasarkan pendekatan yang dipilih. Teknik implementasi yang terjadi di kelas.

A. Pendekatan
Berdasarkan pendapat Anthony di atas, pendekatan mengacu pada teori tentang (1) hakikat bahasa dan (2) pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber praktik dan prinsip dalam pembelajaran bahasa.

1.        Teori Kebahasaan
Paling tidak terdapat tiga sudut pandang kebahasaan yang menginformasikan pendekatan dan metode dalam pembelajaran bahasa, yaitu sudut pandang struktural, fungsional, dan interaksional.
a.         Sudut pandang struktural berpandangan bahwa bahasa adalah sistem dari elemen pengkodean arti yang terhubung secara struktural. Targetnya adalah penguasaan terhadap sistem kebahasaan seperti satuan-satuan fonologis (fonem), satuan-satuan gramatikal (kalusa, frasa, kalimat), operasi gramatikal (menambah, menggeser, menggabungkan, atau mentransformasi elemen-elemen), dan item leksikal.
b.        Sudut pandang fungsional berpendapat bahwa bahasa adalah sarana untuk mengungkapkan arti fungsional. Teori ini menekankan pada aspek semantik dan dimensi komunikatif.
c.         Sudut pandang interaksional melihat bahasa sebagai sarana untuk merealisasi hubungan interpersonal dan untuk melakukan transaksi sosial antar individu.

2.        Teori Belajar Bahasa
Ada dua pertanyaan yang mendasari pembelajaran bahasa yaitu: (1) Proses psikolinguistik dan kognitif apa yang terlibat dalam pembelajaran bahasa? (2) Apa kondisi yang dibutuhkan agar proses belajar bisa terlaksana? Beberapa teori belajar bahasa yang tidak berangkat dari teori kebahasaan antara lain: Model Monitor, Pendekatan Alamiah, Pembelajaran Konseling, Silent Way, dan Total Phisical Response.

B. Disain
Untuk menjadi metode, sebuah pendekatan harus didisain menjadi sistem instruksional. Disain sendiri adalah level metode analisis yang mempertimbangkan:
1.    tujuan umum dan khusus metode;
2.    Bagaimana pemilihan dan pengorganisasian content: model silabus: kriteria pemilihan dan pengorganisasian linguistik dan/atau isi pokok masalah
3.    tipe aktivitas belajar mengajar: jenis aktivitas tugas dan praktik untuk diaplikasikan dalam kelas dan dalam materi.
4.    peran siswa: tipe tugas belajar yang disiapkan untuk siswa, tingkat pengawasan yang diperoleh siswa tentang pokok pembelajaran, pola kelompok belajar yang direkomendasikan, derajat pengaruh terhadap pembelajar yang lain, pandangan bahwa pelajar sebagai pelaku proses, penampil, inisiator, penyelesai masalah, dsb.
5.    peran guru; dan
6.    peran materi instruksional.

C. Prosedur
Prosedur meliputi teknik, praktik, dan perilaku dari momen ke momen yang secara aktual dilakukan dalam pembelajaran sebuah bahasa menurut metode tertentu. Ada tiga dimensi menuju sebuah metode pada level prosedur, yaitu: (1) penggunaan aktivitas pembelajaran (drill, dialog, information-gap activities, dsb.) untuk menampilkan bahasa baru dan mengklarifikasi dan mendemonstrasikan aspek formal, komunikatif, dan yang lain dari bahasa target, (2) aktivitas mengajar digunakan untuk mempraktikkan bahasa, dan (3) prosedur dan teknik yang digunakan untuk menmeberikan umpan balik pada pembelajar sehubungan dengan bentuk atau isi ujaran atau kalimat mereka.

Daftar Pustaka
Richard, Jack C. dan Rodger, Theodore S. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang