Dikisahkan ada seorang kiai yang memiliki santri banyak, Modhin Karok
namanya. Dalam kesehariannya ia tergolong amat miskin dan serba kekurangan.
Pondok dan tempat tinggalnya sangat jelek. Tiap hari belum tentu ada yang
dimakan. Oleh karena itu, ia memiliki akal buruk yaitu menyuruh
santri-santrinya mencuri ternak milik orang-orang kampung dan menyembunyikan di
tengah hutan. Kalau orang-orang kampung ribut mencari, santri-santrinya diminta
untuk memberitahukan bahwa Modhin Karok dapat meramal ternak-ternak yang hilang
tersebut. Dengan tipu muslihatnya Modhin Karok menunjukkan tempat sapi-sapi
yang hilang tersebut. Dengan demikian, Modhin Karok mendapat sejumlah uang dan
panggang ayam untuk selamatan di pondoknya.
Modhin Karok terkenal sebagai peramal. Ketika raja kehilangan sekotak
perhiasan milik putrinya, dipanggillah Modhin karok untuk meramalnya. Pada
waktu itu yang disuruh memanggil bernama Jasad dan Badan, dua orang pengawal
raja. Modhin Karok menjadi kebingungan karena ramalan-ramalan sebelumnya
sebenarnya sekedar tipu muslihat. Dalam perjalanannya menuju kekerajaan ia
selalu meratap sambil mengucapkan, “Oh jasad, oh badan yang malang, sekarang
inilah hari kematianmu!” Ucapan ini sebenarnya ditujukan kepada dirinya
sendiri. Akan tetapi pengawal yang bernama Jasad dan Badan mengira bahwa
dirinyalah yang disebut-sebut itu. Mereka menjadi ketakutan dan mohon pada
Modhin Karok agar dilindungi karena merekalah sebenarnya yang mencuri. Modhin
Karok bersedia melindungi kedua pengawal tersebut setelah dengan tipu
muslihatnya berhasil mengetahui tempat kotak perhiasan tersebut. Itulah
sebabnya ketika menghadap raja, Modhin Karok dengan sangat mudah dapat
menunjukkan tempat kotak tersebut. Karena keberhasilannya Modhin Karok mendapat
hadiah yang sangat banyak.
Ketenaran Modhin Karok sebagai peramal yang hebat sampai terdengar ke
negeri seberang. Oleh sebab itu, raja negeri seberang ingin bertaruh dengan
raja Madura. Adapun taruhannya adalah sebuah perahu lengkap dengan isinya. Raja
Madura menyanggupinya dan memanggil Modhin Karok untuk meramal jumlah biji yang
terdapat dalam buah labu. Modhin Karok sebenarnya berusaha untuk menyingkir ke
negeri seberang untuk melarikan diri. Namun, setiba di pantai ia mendengar
pembicaraan anggota rombongan raja dari negeri seberang bahwa labu tersebut
hanya memiliki satu biji.
Ia kembali dan menghadiri taruhan kedua raja tersebut. Karena berhasil
menebak ia diberi separuh dari hasil taruhan tersebut. Ia menjadi kaya raya.
Namun kekayaannya tidak membuatnya tenteram. Ia selalu khawatir hartanya akan
dicuri oleh santri-santrinya yang kini sudah pandai mencuri.
Comments
Post a Comment