Skip to main content

PROSA INDONESIA LAMA



MUHRI, M.A.

Prosa-prosa Indonesia tidak hanya mengadopsi gaya prosa Barat. Sebelumnya telah ada prosa asli Indonesia sebelum ada pengaruh dari Eropa. Untuk mempermudah, prosa Indonesia, secara historis, dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu prosa Indonesia lama dan prosa Indonesia baru. Rincian pembagian tersebut tersusun sebagai berikut. 

1. Prosa Indonesia Lama 
    a. Prosa Asli
        Dongeng 
        Epos  
        Parabel
        Cerita lucu
        Cerita didaktis
        Pelipur lara
        Cerita sejarah
        Dsb.
   b. Prosa Pengaruh Hindu
   c. Prosa Pengaruh Islam
2. Prosa Baru
   Kisah (perjalanan dsb)
   Roman/novel
   Novelet 
   Biografi
   Autobiografi
   Esai
   Kritik 
   Cerita pendek

Danandjaya (1991) menggunakan pembagian yang berbeda dalam prosa lama Indonesia. Pembagian ini lebih mudah dimengerti dan terstruktur dengan baik berdasarkan kategori. Prosa lama Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu mite, legenda, dan dongeng.

Mite adalah cerita rakyat yang dianggap pernah terjadi dan dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh dewa atau makhluk setengah dewa. Mite Indonesia biasanya bercerita tentang terjadinya alam semesta (cosmogony), susunan atau dunia para dewa (pantheon), manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan (culture hero), terjadinya makanan pokok untuk pertama kalinya, dan sebagainya.

Seperti halnya dengan mite, legenda adalah prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi oleh yang empunya cerita. Perbedaan dengan mite adalah legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada waktu yang tidak begitu lampau dan bertempat di dunia yang kita kenal sekarang.
Legenda, seperti juga mite, memiliki jenis yang beragam. Harold Brunvand (dalam Danandjaya, 1991: 65) menggolongkan legenda menjadi empat kelompok. Keempat kelompok itu adalah legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan legenda setempat.

Legenda keagamaan adalah legenda yang bercerita tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama di luar kitab suci. Termasuk dalam legenda jenis ini adalah legenda orang(-orang) suci. Legenda jenis ini, misalnya, kisah Wali Sanga di Jawa. Selain tentang orang-orang suci, terdapat pula legenda-legenda tentang kemu’jizatan, kekeramatan, wahyu, permintaan melalui doa, ikrar yang terkabul dan sebagainya. Selain itu ada “kitab suci rakyat” yang termasuk dalam legenda keagamaan.

Legenda semacam ini biasanya berbentuk cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. C.W. von Sydow menamakan legenda ini memorat yang merupakan pengalaman pribadi seseorang. Legenda ini bercerita tentang makhluk halus, desa gaib, hantu, dsb.

Legenda perseorangan adalah cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar terjadi. Cerita Panji adalah salah satu jenis legenda ini yang berasal dari Jawa. Di Madura ada Bangsacara-Ragapadmi, Joko Tole, Ke’ Lesap, dan sebagainya.

Legenda jenis ini memiliki cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, bentuk topografi, dan sebagainya. Legenda yang termasuk nama tempat, misalnya, nama kota Kuningan, Jawa Barat, yang berasal dari nama Arya Kemuning, yang lahir dari istri Sunan Gunung Jati yang dari Cina, legenda nama desa Trunyan, Bali, dan sebagainya. Legenda topografi terdapat pada legenda Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Batok, dan sebaginya.


Jika mite dan legenda merupakan cerita yang dianggap pernah terjadi oleh yang empunya cerita, dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan. Namun, selain sebagai hiburan, banyak dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi pelajaran hidup, atau bahkan sindiran.
Anti Aarne dan Stith Thomson (1964: 19-20, dalam Danandjaya, 1991: 86) membagi dongeng dalam empat golongan besar, yaitu dongeng binatang, dongeng biasa, lelucon dan anekdot, dan dongeng berumus.

Dongeng binatang disebut juga fabel. Dongeng ini ditokohi oleh binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata, ikan, dan serangga. Binatang tersebut dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Tokoh fabel terpenting di Indonesia adalah kancil dan kera. Kedua ini adalah hewan yang dianggap cerdik dan licik. Kedua hewan tersebut biasanya melawan hewan yang kuat tetapi bodoh. Di Indonesia hewan ini diwakili dengan sosok harimau dan buaya.

Dongeng biasa adalah dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Di Indonesia dongeng biasa yang paling populer bertipe Cinderella. Tipe ini bersifat universal dan tersebar di seluruh dunia. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur ada Ande-Ande Lumut, di Jakarta ada Bawang Putih dan Bawang Merah, dan di Bali ada I Kesuna lan I Bawang.

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati sehingga menyebabkan tawa baik bagi yang mendengar maupun bagi yang menceritakan. Perbedaan antara lelucon dan anekdot adalah jika anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang atau beberapa orang tokoh, lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku, golongan, agama, dan ras. Anekdot dapat dianggap sebagai bagian dari “riwayat hidup” fiktif pribadi tertentu, sedangkan lelucon dapat dianggap sebagai “sifat” atau “tabiat” fiktif anggota suatu kolektif tertentu.

Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya mengalami pengulangan. Dongeng jenis ini dibagi menjadi tiga subtipe, yaitu dongeng kumulatif (cumulative tale), dongeng mempermainkan (catch tale), dan dongeng tanpa akhir (endless tale). Berikut adalah contoh contoh dongeng berumus.
Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seekor nyonya lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil. Si tikus lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor kucing. Si kucing lari terbirit-birit ketakutan karen diburu oleh seekor anjing. Si anjing lari terbirit-birit karena diburu seorang Batak. Si orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi. Dan si polisi lari terbirit-birit ketakutan karena diburu OPSTIB (operasi tertib) [kumulative tales]

DAFTAR PUSTAKA


Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra 1. Jakarta: Gramedia
Wiryosoedarmo, Soekono. 1990. Sastra Indonesia Klasik: Sastra Melayu – Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang