Skip to main content

BAHASA MADURA SEBAGAI BAHASA IBU

Tretan sekalian, ada sebuah fenomena budaya yang sangat mengancam posisi bahasa Madura sebagai sebuah bahasa daerah. Bahasa Madura sudah mulai tergeser oleh bahasa Indonesia. Posisi bahasa Madura sebagai bahasa ibu terganti oleh bahasa Indonesia. 
Fenomena tersebut muncul diberbagai kalangan masyarakat. Alasan yang dikemukakan juga beragam. Ada yang melakukan dengan alasan gengsi, yaitu kesan bahasa Indonesia yang dianggap lebih ilmiah. Ada pula yang berpikir untuk memudahkan anak bergaul dengan orang dari suku lain.
Apapun alasannya ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. 
  1. Dengan  menggunakan bahasa Indonesia anak dari suku Madura akan terlepas dari salah satu budaya Madura. Karena bahasa Madura membedakan cara berkomunikasi yang berbeda dalam situasi berbeda, misalnya orang Madura membedakan bahasa orang tua terhadap yang lebih muda, bahasa pergaulan sepermainan, dsb.
  2. Dengan menggunakan bahasa Madura seorang anak tetap akan bisa berbahasa Indonesia dengan baik karena konteks penggunaan bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa daerah. Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan dalam konteks keseharian sedangkan bahasa Indonesia bahasa dalam konteks formal yang bisa dipelajari dengan baik di sekolah. Dengan demikian, bahasa Madura tidak mengganggu perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini bisa diperhatikan dari baik buruknya bahasa Indonesia bukan dari bahasa Ibu tetapi dari proses pendidikan di sekolah.
  3. Yang paling fatal dari semuanya adalah perkembangan bahasa Indonesia sendiri. Jika bahasa daerah punah maka bahasa serapan yang biasanya dimodifikasi dari bahasa daerah akan habis dan terpaksa menggunakan bahasa asing. 
Dengan, sedikitnya, tiga alasan tersebut bahasa daerah, termasuk bahasa Madura perlu dipertahankan karena merupakan sumber kekayaan bahasa Indonesia sendiri. Jadi dengan mempertahankan bahasa daerah berarti mempertahankan bahasa Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang