Skip to main content

METAFORA



Metafora adalah sebuah kata atau ungkapan yang dalam penggunaan literalnya menunjukkan satu macam hal yang dikenakan pada sebuah hal lain yang benar-benar berbeda tanpa penyisipan pembanding (Abrams dan Harpham, 2009: 119). Dengan kata lain metafora adalah menggunakan kata tertentu sebagai ganti kata lain yang benar-benar berbeda tanpa menggunakan pembanding seperti, sebagai, bagai, seperti, bak, dsb. misalnya meja hijau sebagai pengganti pengadilan.
Metafora muncul pertama kali dalam retorika kemudian dipakai oleh sastra yang dipopulerkan oleh teoris sastra. Metafora kemudian menjadi perhatian ahli-ahli bahasa. Namun, metafora dalam sastra secara signifikan berbeda dengan metafora dalam bahasa. Linguis memperhatikan metafora yang beredar dalam masyarakat dan telah menjadi biasa dengan demikian tidak terasa lagi sebagai metafor, misalnya kaki gunung, kaki meja, leher botol dsb.
Metafora ini tidak lagi mengacu pada kata bandingannya tetapi sudah mengacu langsung pada objek atau acuan langsungnya.
Metafora linguistik ini lebih menitik beratkan pada etimologi daripada pada efek metafora. Metafora ini oleh Campbell (dalam Wellek dan Warren, 1963: 196) disebut metafora grammarian. Dengan kata lain metafora jenis ini bisa disebut metafora objektif yang referensinya sama dari orang ke orang. Misalnya, kaki gunung bagi orang Indonesia langsung mengacu pada lembah. Metafora yang demikian ini disebut metafora yang kabur, usang, atau mati.
Jenis metafora lain adalah metafora retoris. Metafora retoris memfokuskan perhatian pada efek metafora pada pendengar.
Metafora puitis atau metafora estetis diaplikasikan pada sastra. Metafora ini adalah metafora “subjektif” atau metafora “kreatif”. Metafora jenis ini diciptakan oleh penulis sastra dengan menggunakan kata-kata umum kemudian diolah untuk menghasilkan kesan yang berbeda. Metafora ini menjadi ciri khusus seorang penulis menjadi semacam tanda tangan yang menggunakan bahan sama tapi berbeda tiap-tiap orang. Misalnya, kata merayu dalam sajak “Aku” karya chairil anwar tidak mengacu sama dengan merayu dalam konteks umum. Metafor sastra lama-kelamaan menjadi metafora umum ketika menjadi terkenal dan mulai dipakai secara umum.


Daftar Pustaka
Abrams, M.H. & Geoffrey Galt Harpham. 2009. A Glossary of Literary Terms, Ninth Edition. Boston: Wadsworth Cengage Learning
Anwar, Chairil. 2009. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1963. Theory of Literature. London: Peregrin Book

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks...

KARANGAN BUNGA KARYA TAUFIQ ISMAIL: ANALISIS RINGKAS

KARANGAN BUNGA Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Salemba Sore itu 'Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi.' 1966 Puisi ini dikutip dari Tirani dan Benteng karya Taufiq Ismail dengan latar foto pelepasan jenasah Arief Rachman Hakim tangal 25 Pebruari 1966. Arief Rachman Hakim adalah salah satu demonstran dari fakultas kedokteran Universitas Indonesi yang tertembak didepan Istana Negara. Berdasarkan teks, naskah tersebut bisa dipahami dengan parafrase berikut. KARANGAN BUNGA (Tritura seperti) Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke (kampus UI) Salemba Sore itu 'Ini dari kami bertiga (tritura sebagai suara rakyat) (sebuah) Karangan bunga berpita hitam (sebagai tanda turut berduka) Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi (dalam demonstrasi).' Untuk memperjelas lagi perlu dianalisis unsur bagian puisi tersebut pengg...

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang