Skip to main content

BUNYI BAHASA ARAB

Pendahuluan
Pemahaman terhadap bunyi sebuah bahasa menentukan pemahaman terhadap bahasa tersebut. Alasannya bunyi bahasa merupakan hal utama dalam sebuah bahasa. Dengan demikian, memahami bunyi sebuah bahasa merupakan hal pertama dipahami oleh seorang pelajar bahasa tertentu. Masalahnya, pemahaman bunyi bahasa “asing” tidak selalu mudah. Ada bunyi-bunyi berbeda yang tidak ditemukan dalam bahasa sebelumnya yang sudah dikuasai.
Tulisan ini hanya akan menghadirkan penjelasan bunyi secara singkat dengan asumsi bahwa ilmu tentang bunyi sudah dikuasai. Teori-teori bunyi tidak akan dibahas kecuali yang dianggap perlu sebagai penjelas.

Bunyi Bahasa Arab
Seperti bunyi bahasa yang lain bunyi bahasa Arab terbagi atas bunyi vokal dan konsonan.

Vokal
Vokal bahasa arab terdiri atas tiga vokal utama yaitu a, i, dan u atau biasa disebut fathah, kasrah, dan dlommah.

Konsonan
Bunyi konsonan dapat dikenali dengan mendasarkan pada tiga faktor, yaitu:
1)        keadaan pita suara
2)        daerah artikulasi,
3)        cara artikulasi (Moeliono, 1997: 54), dan
4)        tebal tipis bunyi (Nasution, 2010: 93-108; Watson, 2007: 19)
Watson menggunakan istilah tegas atau emphatic, dan Thelwal dan Sa'adeddin (2007: 51) menggunakan istilah faringial. Dengan empat faktor tersebut, berikut disajikan konsonan konsonan bahasa arab sesuai dengan urutan abjad hijaiyah.
a)        Hamzah (ء) [ ʔ ] merupakan konsonan glottal/ letup/ tak bersuara.
b)        Ba’ (ب) [ b ] merupakan konsonan bilabial/ letup/ bersuara.
c)         Ta’ (ت) [ t ] merupakan konsonan apiko-dental/ letup/ tak bersuara.
d)        Tsa’ (ث) [ ɵ ] merupakan konsonan apiko-interdental/ geser/ tak bersuara.
e)        Jim (ج) [ ʤ ] merupakan konsonan medio-palatal/ letup/ bersuara.
f)          Ha’ (ح) [ ḥ ] merupakan konsonan faingal/ geser/ bersuara.
g)        Kha’ (خ) [ x ] merupakan konsonan dorsovelar/ geser/tak bersuara.
h)         Dal (د) [ d ] merupakan konsonan apikodental/ letup/ bersuara.
i)          Dzal (ذ) [ δ ] merupakan konsonan apiko-interdental/ geser/ bersuara
j)          Ra’ (ر) [ r ] merupakan konsonan apiko-alveolar/
k)         Za’ (ز) [ z ] merupakan konsonan apiko-alveolar/ geser/ bersuara
l)          Sin (س) [ s ] merupakan konsonan apiko-alveolar/ geser/ tak bersuara
m)       Syin (ش) [ ʃ ] merupakan konsonan apiko-palatal/ geser/ bersuara/
n)         Shad (ص) [ ṣ ] merupakan konsonan apiko-alveolar/ geser/ tak bersuara/ tebal
o)        Dla’ (ض) [ ḍ ] merupakan konsonan apiko-dental/ letup/ bersuara/ tebal.
p)        Tha’ (ط) [ ṭ ] merupakan konsonan apiko-dental/ letup/ tak bersuara/ tebal.
q)        Dha’ (ظ) [ ḏ ] merupakan konsonan apiko-interdental/ geser/ bersuara/ tebal.
r)          Ain (ع) [ c ] merupakan konsonan faringal/ geser/ bersuara.
s)         Ghain (غ) [ ᴚ ] merupakan konsonan dorso-velar/ geser/ bersuara.
t)          Fa’ (ف) [ f ] merupakan konsonan labio-dental/ geser/ bersuara.
u)         Qaf (ق) [ q ] merupakan konsonan uvular/ letup/  tidak bersuara.
v)         Kaf (ك) [ k ] merupakan konsonan dorso-velar/ letup/ tidak bersuara.
w)        Lam (ل) [ l ] merupakan konsonan apiko-dental/ samping/ bersuara.
x)         Mim (م) [ m ] merupakan konsonan bilabial/ nasal/ bersuara
y)         Nun (ن) [ n ] merupakan konsonan apikodental/ nasal/ bersuara.
z)         Wawu (و) [ w ] merupakan konsonan bilabial/ semivokal/ bersuara.
aa)     Ha’ () [ h ] merupakan konsonan glotal/ geser/ bersuara.

bb)     Ya’ (ي) [ j ] merupakan konsonan medio-palatal/ semivokal/ bersuara.

DAFTAR PUSTAKA

Moeliono, Anton M. [et.al.]. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Nasution, Ahmad Sayuti Ansari. 2010. Bunyi Bahasa: ‘Ilm al-Ashwät al-‘Arabiyah. Jakarta: Amzah
Thelwall, Robin dan Sa’adeddin, M. Akram. 2007. “Arabic”, dalam Handbook of The International Phonetic Association. Cambridge: Cambridge Unibversity Press.
Watson, Janet C. E. 2007. The Phonology and Morphology of Arabic. Oxford: Oxford University Press.

Comments

Popular posts from this blog

PROBLEMATIKA MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam morfologi, ada beberapa problema yang dihadapi, seperti halnya dibawah ini : Problematika Akibat Unsur Serapan Problematika Akibat Kontaminasi Problematika Akibat Analogi Problema Akibat Perlakuan Kluster Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk Peristiwa Morfofonemik Problem Proses Reduplikasi Problema Proses Abreviasi Problema Fungsi Dramatis dan Fungsi Semantis 1.2 Identifikasi Jelaskan pengertian dari masing – masing problematika yang telah tersebutkan diatas ? Jelaskan contoh – contoh yang telah ada tersebut ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Problematika Akibat Kontaminasi Kontaminasi merupakan gejala bahasa yang menga-caukan konstruksi kebahasaan. Kontaminasi dalam konstruksi kata, misalnya : Diperlebarkan , merupakan hasil pemaduan konstruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing masing berarti 'dibuat jadi lebih besar lagi' dan 'dibuat jadi lebar'. Oleh sebab itu, konstruks

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Oleh : Ferliana Ishadi Penganalisisan Puisi Menggunakan Teori Strukturalisme Genetik (Tahap Pembelajaran) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata kuliah Teori Sastra yang merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah ini disusun berdasarkan kemampuan penyusun untuk menyelesaikan penugasan ini, sesuai dengan literatur – literatur yang saya peroleh untuk “Analisis Antologi Puisi Lumpur” karya Ratih Sanggarwaty. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing mahasiswan – mahasiswanya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bangkalan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa

RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA)

Pada jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat kelahiran Raden Sagarah. Pada saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang  Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”, demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang raja yang