A.
Konsep Gramsci tentang Kebudayaan
Seperti halnya marx, Gramsci menganggap dunia
gagasan, kebudayaan, superstruktur, bukan hanya sebagai refleksi atau ekspresi
dari struktur kelas ekonomi atau infrastruktur yang bersifat material,
melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri (Faruk, 2005: 62).
Gramsci mencontohkan Revolusi Perancis yang tidak akan terjadi jika tidak
terjadi revolusi ideologis. Dalam teori Gramsci ini terdapat enam konsep kunci,
yaitu kebudayaan, hegemoni, ideologi, kepercayaan populer, kaum intellektual,
dan negara.
1.
Kebudayaan
Ketika berusia 24 tahun Gramsci sudah menaruh
perhatian yang besar terhadap kebudayaan sebagai satu kekuatan material yang
mempunyai dampak praktis dan “berbahaya” bagi masyarakat. Bagi Gramsci konsep
kebudayaan yang lebih tepat, lebih adil, dan lebih demokratis adalah kebudayaan sebagai organisasi, disiplin diri batiniah seseorang yang merupakan suatu pencapaian suatu kesadaran yang lebih tinggi, yang dengan sokongannya, seseorang berhasil dalam memahami nilai hstoris dirinya, fungsinya di dalam kehidupan, hak-hak dan kewajibannya (2005: 66). Proses “pembudayaan” ini tentu saja tidak terjadi secara alamiah tetapi melalui penyebaran ide-ide penyadaran yang mulanya mendapat penentangan karena faktor interes ekonomi. Kemudian terjadi gerakan perlawanan fisik setelah didahului perlawanan ideologis.
kebudayaan yang lebih tepat, lebih adil, dan lebih demokratis adalah kebudayaan sebagai organisasi, disiplin diri batiniah seseorang yang merupakan suatu pencapaian suatu kesadaran yang lebih tinggi, yang dengan sokongannya, seseorang berhasil dalam memahami nilai hstoris dirinya, fungsinya di dalam kehidupan, hak-hak dan kewajibannya (2005: 66). Proses “pembudayaan” ini tentu saja tidak terjadi secara alamiah tetapi melalui penyebaran ide-ide penyadaran yang mulanya mendapat penentangan karena faktor interes ekonomi. Kemudian terjadi gerakan perlawanan fisik setelah didahului perlawanan ideologis.
2.
Hegemoni
Faruk (2005: 70) mendefinisikan hegemoni
sebagai sifat kompleks dari hubungan antara massa rakyat dengan
kelompok-kelompok pemimpin masyarakat: suatu hubungan yang tidak hanya politis
dalam pengertian yang sempit, tetapi juga persoalan mengenai gagasan-gagasan
atau kesadaran.
3.
Ideologi, Kepercayaan Populer, dan Common Sense
Gramsci menyatakan ada tiga cara dalam
penyebaran gagasan/ideologi atau filsafat tertentu yaitu melalui bahasa, common
sense, dan folklore. Common sense adalah pemahaman yang mempunyai
dasar dalam pengalaman populer tetapi tidak merepresentasikan suatu konsepsi
yang terpadu mengenai dunia seperti halnya filsafat.
4.
Kaum Intellektual
Kaum intelektual berfungsi sebagai penyebar
ideologi. Kata “intelektual” harus dipahami tidak dalam pengertian yang biasa.
Kaum intelektual ini merupakan suatu strata sosial yang menyeluruh yang
menjalankan suatu fungsi organisasional dalam pengertian yang luas – entah
dalam lapangan produksi, kebudayaan, ataupun dalam administrasi politik.
5.
Negara
Gramsci membedakan dua wilayah dalam negara,
yaitu dunia masyarakat sipil dan masyarakat politik. Yang pertama penting bagi
konsep hegemoni karena merupakan wilayah “kesetujuan”, “kehendak bebas”,
sedangkan wilayah kedua merupakan dunia kekerasan, pemaksaan, dan intervensi.
Comments
Post a Comment